MALAM TAK SEINDAH
REMBULAN
Kala matahari mulai tenggelam
Sang rembulan
menampakkan diri
Ku terpukau dibuatnya
Hingga malam menjelang pagi
Siang
telah berganti malam
Matahari
berganti rembulan
Hati
ini terasa kelam
Rembulanpun
menjadi pelipur lara
KASIH SAYANG DARI HATI
Hanya Engkaulah pemiliknya
Hanya Engkaulah yang bisa
Hanya Engkaulah yang tulus
Hanya Engakulah yang ikhlas
Insan
pilihan memilikinya
Insan
yang ikhlas menyimpannya
Insan
mana yang bisa……
Sungguh
mulia hatinya
KUUCAPKAN SELAMAT MALAM
Hanya padaMu aku bersujud
Ku merasa rendah di hadapanMU
Ucapan syukur tak henti-henti
Semua yang telah dan akan terjadi
Malam
telah menjelang pagi
Sunyi
senyap penuh sensasi
Ku
hanya bisa mengabdi padaMu
Karena
ku yakin hanya Engkau
Yang bisa menolongku
Hanya Engkau yang bisa mendengar
Hanya Engkau yang bisa berkehendak
Hingga akhir hayatku
GAPAILAH MIMPI SEBELUM
FAJAR
Jika kita punya mimpi
Raihlah mimpi itu
Jika mimpi ingin terwujud
Mohonlah pada Sang pemiliknya
Orang
bilang mimpi itu bunga tidur
Mimpi
juga penyemangat hidup
Bangunlah
disaat banyak orang tertidur
Mohon
tuk bisa mewujudkan
UCAPAN BAIK MENJADI DOA
Ucapkanlah yang baik-baik
Walau kadang berat melakukannya
Ucapan buruk ringan rasanya
Disaat hati gundah tak berujung
Saat
pikiran kalut
Semua
menjadi serba salah
Saat
yang dinanti tak juga dating
Buruk
sangkapun jadi andalan
BERBUAT BAIK
Ada anak bertanya….?
Apakah pahala itu ibu……?
Pahala itu sesuatu yang kita inginkan
Apakah ada habisnya…?
Tidak
sayang, pahala itu Ready stock
Trus
apakah aku bisa selalu mendapatkannya
Bisa,
jika kau berbuat baik pada siapapun.
Siapapun…..?
Benarkah….?
Kau bisa berbuat baik pada tumbuhan, hewan, apalagi
dengan sesama.
WALAU HANYA SEPATAH
KATA
Apalah yang bisa kulakukan
Aku hanya bisa bergumam
Meratapi nasibku sendiri
Yang tak berubah,
Dunia
telah banyak berubah
Panas,
dimana-mana
Hujan
tak tentu lagi
Siapa
penyebabnya…………….?
Dia sendiri yang akan memetik hasilnya
SEMUA ADALAH USAHA KITA
Apa yang kita inginkan
Tak selamanya terwujud
Apa yang kita pikirkan
Tak selamanya terrealisasi
Yang
perlu kita lakukan
Adalah………………..
Berusaha
dan berusaha
Dengan
segenap jiwa
Dengan segenap raga……
Dengan segenap kemampuan….
Dengan segenap ikhtiar….
Dengan segala yang kita bisa
Belajarlah
apa saja dari setiap situasi
Gunakan
apa saja yang dapat dipelajari
Untuk
mendapatkan keuntungan
Untuk
dapat melaksanakan
Tak lupa bersandarlah pada kehidupan
MATAHARIKU
Ini adalah hari yang cerah
Matahari menimpa atap
Diseberang jalan, anak-anak bermain dengan ceria
Beberapa anak perempuan menggunakan pita kuning
dirambut mereka
Tak
lama kemudian
Langitpun
mulai bergemuruh
Anak-anak
berlarian pulang……
Mereka
tetap tampak riang gembira
Walau langit berubah kelabu
Anak-anak tetap saja ceria
Air dari langitpun turun sedikit-sedikit
Membasahi atap rumah
Mereka
tetap saja menikmati air yang jatuh
Mereka
merengek ingin bermain di luar
Ingin
menikmati air yang jatuh dari langit
Ingin
menikmati dinginnya air langit
INILAH AKU
Kadang aku ingin menjadi orang lain
Saat aku memikirkan caranya
Aku tak bisa jadi orang lain
Akupun harus menjadi diriku sendiri
Menjadi
diri sendiri itu menyenangkan
Tak
perlu pikirkan apa yang harus kulakukan
Kuhanya
menganalisa dan mendeskripsikan
Apa
yang bisa kulakukan
HIDUPKU HIDUPMU
Hidup ini beranekaragam
Kadang di atas, kadang di bawah
Tapi kebanyakan kita,
Selalu melihat ke atas
Lihatlah
ke bawah
Yang
lebih buruk dari kita jauh lebih banyak
Lihatlah
tukang sol sepatu
Berkeliling
menawarkan jasanya
Tak ada seorangpun yang mau
Tak ada orang yang mau memakai sepatu usang
Lihatlah pakaian yang dipakai tukang sol sepatu
Tak layak, dimana mana penuh sobek
Lihatlah
tukang penjahit keliling
Demi
rupiah tuk anak dan istrinya
Mengayuh
sepeda usang kemana dia mau
Mengayuh
sepeda dari pagi sampai petang
Belum tentu mendapatkan yang dicari
Belum lagi jika istri yang tak mau tahu
Sungguh, mana ada orang yang mau seperti itu
Tapi sang Maha Penguasa tahu niat hati insan
LIHATLAH APA YANG TERJADI
Insan
yang berusaha akan mendapatkan yang dicari
Walau
dengan jumlah seadanya
Hidup
ini saling memandang
Apa
yang dilihat belum tentu seindah kenyataannya
Lihatlah para koruptor
Yang hidup senang walau di hotel Rodeo
Bisa kemana saja yang dia mau
Bisa menjalankan bisnis
Bisa
menikmati layaknya di bintang tujuh
Belum
lagi setiap tahun pasti
Mendapatkan
amnesti atau apalah yang lain
Aku
bingung mengapa seperti ini
HASRATKU
Aku ingin menjadi pujangga
Yang bebas lepas bagai burung di hutan
Aku ingin terbang menyurusinya
Selalu mengamati pemandangan yang indah itu
Tapi
apa daya……..
Aku
penuh keterbatasan
Aku
ingin menjadi elang
Yang
bisa terbang tinggi
Tapi sayang banyak senapan mengincarku
Aku ingin menjadi lumba-lumba
Mengarungi samudra luas tapi kini
Kutak mau lagi
Karena
tempat hidupku tak nyaman lagi
Aku
ingin menjadi mentari yang selalu
Menerangi
tak henti-henti
Tak
peduli dibutuhkan atau tidak
KEMUNING
Warna bungamu, putih bersih
Siapa yang memandangmu
Kan terpesona oleh keanggunanmu
Kecusian menjadi milikmu
Saat
angin dingin menghembus
Sepoi-sepoi
kan kuhirup aromamu
Aromamu
membuatku merinding
Apalagi
di tengah malam
Daunmu membuat tubuh tetap enak dipandang
Sungguh banyak manfaatnya
Tapi belum semua orang mengetahuinya
Sekarang semakin banyak orang yang membutuhkanmu
Merah
mengkilat milikmu
Buahmu
sungguh berani
Merah
darah berbiji putih
Sungguh
banyak manfaatnya
BIARKAN
SAJA
Setiap yang tercipta pasti bermanfaat
Mulai dari jamur, bakteri, alga sampai semut
rangrang
Kenapa kita tidak belajar dari alam saja
Kenapa kita selalu merasa sudah pintar
Sebenarnya
bukan merasa pintar
Tetapi
bingung harus belajar dari mana
Harus
memulai dari mana
Perasaan
malu tuk memulai
Menghantui, takut salah
Takut menjadi bahan tertawaan orang lain
Takut menjadi cemoohan orang
Pahadal itu hanya perasaan sendiri
Orangpun
tak ada yang mau tahu
Tak
mau mengurusi yang bukan urusannya
TANGISAN NEGERIKU
Belum hilang kenanganku peristiwa di Aceh
Masih banyak korban yang belum sembuh
Airmatapun belum kering
Kenapa kini terdengar lagi
Masih
ingat di pikiranku
Masih
terkenang di mataku
Namun
kenangan itu terjadi lagi
Apakah
ini ujian ataukah ini cobaan
SI ULAR BESI YANG GAGAH
Si ular besi yang gagah berani
Banyak orang menunggunya
Tak peduli harus mengantri
Begitu tiba langsung diserbu
Tapi
sayang pelayanannya
Tak
ada perbaikan
Tetap
saja seperti yang sudah-sudah
Banyak
korban jiwa berjatuhan
Si ular besipun mengeluarkan taringnya
Menggigit yang lemah
Membius yang mewah
Memanjakan yang mampu
MENIKMATI HIDUP
Hidup
ini terasa ringan
Saat
kita tak memikirkan
Apa
yang akan dan telah kita kerjakan
Nikmati
hidup ini bagai air mengalir
Kadang deras alirannya
Kadang tenang mennghanyutkan
Kadang hampir tak terlihat alirannya
Inilah hidup
OH ANGIN
Angin, mengapa engkau seperti marah
Apa ada yang salah dengan
Sikap dan perbuatan kami
Padamu...?
Kasihan
orang-orang yang rumahnya
Roboh karena ulahmu
Kasihan orang-orang
Menjadi tak ada
tempat berteduh
Apakah harus demikian....?
Apakah harus merasakan dahsyatnya
Dirimu....?
Ataukah ini peringatan untuk kami...?
AIR
Engkau dicari saat kemarau tiba
Engkau dibenci saat menggenangi jalanku
Tapi semua karena ulang manusia
Jika engkau disimpan saat turun
Maka engkau akan selalu ada saat dibutuhkan
cerpen
Di suatu desa
tinggallah seorang ibu, ayah dan dua
orang anaknya. Mereka hidup sangat sederhana.
Walaupun sederhana mereka tetap bahagia karena kebersamaan yang selalu
menyertainya. Hidup itu terasa menyenangkan saat kita dibutuhkan dan diperlukan
orang, dan kita akan sedih bahkan teramat sedih saat orang lain tak memerlukan
kita.
Keluarga kecil inipun demikian mereka saling membutuhkan
satu sama lain.
Karena ingin
mengubah nasib keluarganya, sang ayah pergi merantau ke pulau sebrang. Banyak impian yang terlintas di benak saat melihat
anak-anaknya bersenda gurau, ingin sekali mememuhi kebutuhan yang bukan hanya
kebutuhan primer dipenuhi dengan cukup bila perlu lebih dari sekedar cukup.
Memang untuk maju kita harus punya mimpi. Karena dengan mimpi itulah menjadi
spirit mencari nafkah untuk anak-anak dan istri tercinta yang hanya bisa
menunggu sang ayah pulang dari kerja. Pekerjaan di rumah juga bukanlah
pekerjaan yang ringan, mulai dari masak, mencuci, sampai membereskan rumah
mulai dari bangun pagi sampai menjelang pagi lagi.
Setelah ayah
memperoleh pekerjaan kemudian kembali ke desa untuk membawa istri dan kedua
anak mereka (seorang gadis
kecil dan pangeran kecil mereka).
Setelah memperoleh pekerjaan di pulau sebrang sang ayah tidak pernah lupa atau
melupakan istri dan anak-anak mereka. Ketika ada kesempatan menjemput keluarga
kecilnya, ayah menjemput mereka dan membawanya ke tempat dimana ayah
mendapatkan pekerjaan. Berat memang yang dialami, semua dilakukan dengan ikhlas
demi membahagiakan keluarga kecilnya. Keluarga kecil inipun merasakan
kebahagiaan bersama.
Di
tahun kedua di pulau barunya mereka hidup berkecukupan, cukup untuk hidup satu
bulan. Hidup di tempat baru bukanlah hal yang mudah, harus
pintar-pintar memutar otak bagaimana caranya supaya hidup layak. Walau bukan
ibu kota tapi kehidupan yang jauh dari saudara benar-benar seperti kehidupan di
ibu kota negara. Adaptasi selalu dilakukan, mulai makanan yang ada sampai
pergaulan dengan tetangga. Maklumlah mereka memiliki tetangga yang
bermacam-macam watak dan kepribadiannya. Namanya juga tetangga, pasti ada saja
yang suka ada yang sebaliknya. Jika itu dimbil pusing kapan bisa menikmati
hidup. Kehidupan ini berjalan terus dan tak akan mundur. Apalagi mengulang
dengan cerita yang sama.
Satu tahun
berikutnya merekapun dikaruniai anak ketiga, bertambah anggota keluarga memang membuat kebahagiaan baru dalam keluarga
ini. Yang jelas kebutuhan hidup juga bertambah. Tetapi sang ayah tak pernah
mengenal lelah. Pagi sampai sore bekerja di kantor milik pemerintah. Kadang
sore sampai malam, kadang malam sampai pagi sesuai dengan jadwal yang sudah
ditentukan oleh atasan. Sang ibu dengan ketiga anak-anaknya mulai repot, tapi
tetap saja dijalani dengan ikhlas. Saat anak ketiga lahir anak pertama beerusia 6 tahun. Anak sekecil
itu sudah memiliki adik 2, pemerintah mencanangkan program keluarga berencana,
tetapi keluarga ini enggan mengikuti program tersebut. Prinsip dari orang
tuanya masih terngiang sampai sekarang, banyak anak banyak rejeki. Karena
memang setiap anak memiliki rejeki sendiri-sendiri. Tidak seharusnya kita
khawatir dengan rejeki buat anak. Tetapi di jaman sekarang jika prinsip itu
masih dipegang teguh, yang ayah atau ibu punya tanggung jawab yang semakin
besar. Mereka harus mencari rejeki anak tersebut dengan bekerja lebih giat
lagi. Jika iman yang kita miliki tak kuat kita akan dibuat pusing dengan tambah
anak. Mereka hanya bisa pasrah pada yang menciptakan alam semesta ini, hanya
memohon di setiap waktu untuk dapat mencari rejeki dengan mudah dan penuh
berkah. Badai kehidupanpun mulai menerpa keluarga ini. Anak ketiga sering
sakit, mereka harus mencari obat kesana kemari dengan penghasilan yang sangat
minim. Demi sang buah hati terpaksa mereka berhutang. Saat ada rejeki lebih,
hutangpun segera dilunasi, rumah yang ditempati bukan milik sendiri, milik
pemerintah, boleh ditempati tanpa harus membayar sewa. Ini juga merupakan
rejeki yang tak diduga. Kehidupan terus berjalan, rejeki anakpun mulai
dirasakan mereka. Semua makhluk hidup di
dunia ini sudah dijamin rejekinya asal mau mencari, seperti semut, mereka
selalu mencari makan tak kenal lelah. Lebah juga demi memperoleh nektar mereka
rela terbang beribu-ribu kilometer untuk mendapatkan nektar pada bunga yang
tidak setiap saat berbunga. Keyakinan inilah yang menguatkan mereka untuk tetap
mencari nafkah dan menghidupi keluarga kecilnya.
Satu setengah tahun
kemudian lahir anak keempat. Karena tidak
ikut program keluarga berencana. Usia ibu masih usia produktif sehingga cepat
memiliki keturunan. Anak keempat ini tidak sesuai harapan sang ayah. Ayah
menginginkan anak laki-laki tetapi yang keluar anak perempuan. Kondisi spikis
yang demikian tanpa disadari mempengaruhi rasa mereka terhadap anak. Anak juga
merasakan kehadirannya sepertinya kurang diharapkan. Anak inipun menjadi lebih
senang berpakaian seperti anak laki-laki. Seharusnya orang tua yang bijak yang
dewasa secara mental tidak bersikap demikian. Tidak semua yang kita harapkan
harus terjadi, manusia diajari untuk pasrah dengan takdir yang sudah
digariskan, manusia seharusnya bersyukur dan bersyukur atas nikmat yang telah
diberikan. Tetapi belum semua manusia bisa bersikap demikian. Sifat buruk akan
cenderung menguasai dan memaksa kita untuk mengikutinya. Dua
tahun berikutnya anak kelima, sampai anak keenam. Anak keenam, mereka seorang
gadis kecil. Gadis
kecil itu adalah aku.
Anak pertama
mereka tumbuh menjadi remaja yang gaul, walau kemana-mana harus membawa
adik-adiknya. Pada
saat si bungsu berusia empat tahun, keluarga tersebut memutuskan untuk kembali
ke desa kecil yang dulu pernah ditinggalkan ke pulau seberang untuk mengubah
nasib
Kehidupanku dimasa
anak-anak. Ada beberapa yang masih kuingat. Aku punyai teman waktu kecil yang ternyata mengalami kelainan seks. Dia
yang mengajari aku mengenal alat kelaminku sendiri.
Aku ingin pergi jauh darinya, sampai suatu ketika kami
sekeluarga pindah ke kota. Aku senang sekali, aku tak perlu mencari alasan
dengannya untuk menolak permainannya. Ini kelihatan konyol.
Dikota baru aku
ingin mengganti nama panggilanku sesuai dengan nama asliku. Saat di desa aku
punya nama panggilan yang menurutku jelek sekali. Akupun mulai berpesan ke semua
anggota keluarga untuk memanggilku sesuai dengan namanku dengan nama panggilan
yang menurutku jauh lebih bagus.
Di sekolah baruku,
aku anak baru yang lumayan baik prestasinya. Di kelas 3 SD di kota baru
anak-anaknya berbeda sekali dengan sekolahku dulu. Dulu sekolah lamaku berdindingkan
bambu yang dianyam, membuatkan teh manis buat ibu guru. Teman-temanku yang baru
ini bermacam-macam. Sampai suatu ketika aku mendapat perlakuakn nakal dari
temenku yang laki-laki. Dia menggunting buku tulisku yang baru dengan posisi
diagonal setengah buku. Aku hanya bisa menangis mendapatkan perlakuan seperti
ini. Setelah itu aku selalu menjauhi anak yang nakal itu. Dia memang anak yang
paling nakal dikelasku. Ayahnya seorang polisi, dia merasa seperti jagoan.
Tetapi aku menilai dia seperti preman kecil yang akan menjadi preman
sungguhan. Aku selalu berpikir kenapa
ada anak seperti ini?
DOA
SI LEBAH, TULUS
Di hari minggu yang cerah, matahari
bersinar cukup menerangi rumput yang ada di halaman rumah sebuah keluarga kecil.
Andai rumput bisa bicara pasti senang mendapat sinar secerah hari ini. Ada
berbagai jenis tanaman di taman kecil itu. Seorang ibu bersama anaknya
menikmati hari itu dengan berkebun. Ibu sibuk memilih tanaman, mana yang akan
diletakkan di tempat yang terkena matahari langsung dan mana yang di tempatkan
di tempat yang teduh. Ana nama anak mereka juga sibuk dengan mainan barunya.
Saat ibu Ana membawa air untuk
menyiram tanaman di taman kecilnya, sebagian sisa air dibiarkan tetap di ember.
Tanamanpun seperti bisa berbicara mengucapkan terima kasih kepada pemberi air. Kira-kira
sepertiga ember masih ada. Beberapa ekor anak lebah yang tinggal tak jauh dari
taman kecil tersebut memperhatikan dengan seksama, salah satu dari lebah-lebah
tersebut ingin sekali mandi, karena sudah beberapa hari ini tidak bisa keluar
dari sarangnya karena cuaca yang mengkhawatirkan untuk aktivitas di luar
sarang. Dengan sigapnya lebahpun langsung menikmati segarnya air yang di ember
tersebut. Tetapi saat lebah ingin keluar dari air tersebut, ternyata sayapnya
basah, akibatnya lebah dengan susah payah dengan segenap tenaganya berjuang
keluar dari air tersebut.Aduh……sayapku basah,” gimana nich kan aku jadi susah
terbang….? Bagaimana ya caranya supaya bisa keluar dari ember ini….?,” begitu
kata lebah. Lebah hanya bisa berdoa dan berdoa, ya Tuhan yang Maha baik,
keluarkanlah aku dari sini, aku mohon Tuhan. Begitu yang dikatakan si Lebah
dengan tulus. Aku akan memberikan banyak manfaat bagi hambaMu yang lainnya,”.Sampai
akhirnya lebahpun kelelahan dan pasrah. Ibu Ana secara tidak sengaja,
menyenggol ember dan airpun tumpah ke rumput, hingga lebah bisa terbang dan
pergi dengan perasaan bahagia. Itu artinya doa Lebah terkabul. Kemudian lebah
segera meninggalkan taman kecil itu.
Ana hanya menatap ibunya yang sibuk
dengan tanam-tanamannya buat taman kecil mereka, ayah Ana keluar juga hanya
melihat apa yang dikerjakan istrinya. Ana mendekati ayahnya dan bermanja-manja
sambil menarik tangan ayahnya meminta jalan-jalan. Ayah dan Ana sepakat untuk menunggu
Ibu selesai dengan tanamannya.
Setelah selesai dengan taman
kecilnya, Ibu Ana membersihkan tangannya dari tanah. Kemudian mempersiapkan
diri jalan-jalan bersama keluarga kecilnya. Anapun berjingkrak jingkrak
kegirangan.Hole……hole……jadi jalan-jalan ya Yah….!,”kata Ana.Iya sayang,”jawab
Ayahnya. Karena begitu senangnya sampai-sampai terasa lama sekali menunggu
ibunya keluar dari rumah. Ana tidak sabar menunggu lama-lama tanpa kepastian
dari ibunya. Anapun segera menyusul
ibunya ke dalam rumah.”Ibu……cepat napa….?Lama amat…..,”kata Ana.Iya…..nich
dah selesai, “Ayo kita jalan-jalan kemana Ana?,”Ke Taman yang lebih besar
Ibu?,”kata Ana.
Keluarga kecil
itupun pergi ke taman Kota. Si kecil Ana berlari-lari di lapangan yang luas,
baginya lapangan itu sangatlah luas. Dia berlari lari tidak perduli dimana ibu
dan ayahnya. Ana merasakan kebahagiaan yang tak terkira. Sampai akhirnya dia
berhenti karena kecapekan. Lelah sudah pikirnya. Ana berhenti berlari dan baru
menyadari untuk mencari ayah dan ibunya. Karena kecilnya Ana kebingungan
mencari dimana ayah dan ibunya. Sambil
terus mencari dengan perasaan cemas.