Thursday, April 12, 2018

Racun.

#RACUN_DARI_NASI

Kebiasaan memasak nasi di rice cooker yang Jadi pemicu anak-anak Menderita Kanker dan Diabetes.

Segera keluarkan nasi dari rice cooker kalau sudah matang, karena lebih dari 12 jam bisa memicu diabetes melitus

Kebiasaan yang selama ini di anggap sepele, merupakan perbuatan berbahaya untuk anak anak dan keluarga. Kita sayang terhadap anak-anak dan keluarga, tapi kita pula yang setiap hari memberi anak-anak dan keluarga tersebut racun.

Dengan info ini, kami sangat berterima kasih kepada sekolah tempat anak ka TK dimana anak kami bersekolah, karena telah mendatangkan seorang konsultan kesehatan Bapak Anto dari Lembaga Konsultan Kanker Indonesia.

Dia sempat menjelaskan bedanya Myom, Tumor, Kista dan Kanker. Tapi kali ini kita bahas artikel yang hanya ingin mencerita kan ulang penjelasan Bapak Anto yang membuat saya shock.

BAHAYA NASI DARI MAGIC COM

Ini adalah fakta pertama yang membuat saya shock. Tapi syukur lah kalimat tersebut hanya kalimat pembuka Bapak Anto saja.

Ternyata nasi dari magic com boleh dimakan, namun dengan syarat tidak boleh lebih dari 12 jam di dalam magic com dalam kondisi terus terusan dihangatkan.

"Karena nasi yang terus dihangatkan dalam magic com, lebih dari 12 jam dia akan berubah menjadi racun”, kata Bapak Anto memperingatkan.

Sehingga ketika memasak nasi yang sudah matang, dia menyarankan untuk mengeluarkan nasi tersebut dari magic com, segera dipindahkan ke tempat nasi.

Dia melanjutkan, “Nasi yang baik adalah nasi yang dimakan saat sudah dingin, bukan nasi hangat. Karena nasi dingin memiliki kadar gula yang lebih rendah."

Sekarang mengapa banyak anak-anak menderita diabetes. Karena mereka terbiasa makan nasi hangat dari magic com.

Beda dengan orang zaman dahulu yang dimasak langsung, kemudian jika sudah matang akan diletakkan di tempat nasi. Dengan demikian nasi tidak terus menerus dihangatkan.

Sekarang setelah kami mengikuti penataran dari Bapak Anto tersebut, baru kami mengetahui bahwa setelah nasi matang dari magic com langsung magic com nya dimatikan dan nasi nya didingin kan di tempat wadah nasi lain.

Semoga bermanfa'at.
Batasi NASI dan GULA arti nya MENCEGAH PENYAKIT di masa tua.
                Karena,
"KARBOHIDRAT dan GULA adalah IBU dari segala PENYAKIT."
(JOHAN YAN)

Mungkin kita tidak menduga, bahwa disamping perut buncit, asupan berlebih dari nasi dan gula akan membuat tubuh kita :

1. Hipertensi...
2. Kolesterol...
3. Trigliserida...
4. Jantung Koroner...
5. Diabetes Melitus...

DR YU ZONGXIAN mengatakan, kalau saja orang yang menerima BERITA ini bisa melanjutkan mengirim INFORMASI ini kepada 10 orang lain nya, maka setidaknya nya ada satu nyawa yang bisa TERSELAMATKAN...

Jangan disimpan sendiri informasi ini yaa !!!..., tidak ada guna nya. Siapa tau bisa menyelamatkan sahabat, teman-teman dan saudara-saudara kita yang membutuhkan informasi ini,  mudah-mudahan bermanfaat dan membantu proses penyembuhan yang sudah terlanjur mengkonsumsi nasi ini sebelum nya.

Semoga bermanfaat !!!...

    Copas dari : Ronie Hendratmo Ibex
    Oleh : Yuri Riantara - 12042018

Friday, March 23, 2018

Bahagia itu sederhana.

Cara Sederhana untuk Bahagia

Setiap orang pasti menginginkan hidupnya bahagia. Namun, bagi sebagian orang, kebahagiaan terkadang tak kunjung menghampiri sehingga terasa "mahal". Padahal, menurut Gde Prama dalam seminar tentang The starting point of beauty and hapiness, kebahagiaan dapat diraih dengan beberapa cara mudah:

1. Kebahagiaan sejati bukan berasal dari luar, melainkan ada di dalam diri kita sendiri. Belajarlah menerima diri Anda apa adanya sehingga Anda bisa merasakan kebahagian yang sesungguhnya.

2. Stop membandingkan diri dengan orang lain. Setiap manusia dilahirkan dengan keunikan dan kelebihan sendiri. Dan tidak ada kehidupan yang lebih baik, selain bisa menjadi diri sendiri.

3. Belajarlah memberi dengan rasa ikhlas. Jangan bebani hidup dengan imbalan karena hanya akan mendatangkan kekecewaan jika Anda tak mendapatkannya. Anda bisa memulainya dengan hal-hal sederhana, misal selalu tersenyum atau memerhatikan orang-orang di sekeliling sehingga orang-orang pun akan merasa nyaman berada di dekat Anda.

4. Pandanglah setiap kesulitan dengan cara yang positif. Ini akan mendatangkan keindahan dan kebahagiaan. Semakin mampu menanggulagi kesulitan, Anda akan tampak semakin "bercahaya" dengan kekuatan yang Anda miliki.

5. Jangan mematok hidup terlalu tinggi. Ketahuilah batasan kemampuan Anda dan Anda akan merasa menjadi manusia yang lebih sempurna dan berarti.

6. Jauhkan diri dari ketakutan, dekatkan diri pada Tuhan. Nikmati dan cintailah hal-hal kecil di sekeliling Anda yang dapat mendatangkan kebahagiaan, seperti mendengarkan suara burung di pagi hari atau bersenandung.

Hidup adalah surga

⌣»̶•̵̭̌•̵̭̌♡̬̩̃̊HIDUP ADALAH SYURGA ♡̬̩̃̊•̵̭̌•̵̭̌«̶⌣

Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh..
Sahabat RDI Rohimakumulloh..
Hidup adalah kumpulan hari, bulan, dan tahun yang berputar tanpa pernah kembali lagi. Setiap hari umur bertambah, usia berkurang. Hal itu berarti kematian kian dekat. Semestinya kita kian arif dan bijak menjalaninya, tetap dalam kesalehan, bertambah kuat akidah, semakin khusyuk dalam beribadah, dan mulia akhlak. Pada puncak kebaikan itu lalu kita wafat, itulah husnul khotimah.

Sahabatku Kehidupan jasad hanyalah sementara di dunia. Sedangkan kehidupan roh mengalami lima fase, yaitu: arwah, rahim, dunia, barzah, dan akhirat. Berarti hidup di dunia hanya terminal pemberhentian menuju akhirat. Allah SWT mengingatkan, ''Kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.'' (QS: Al-A'laa [87]: 17). Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menggambarkan bahwa hidup ini tak ubahnya seorang musyafir yang berteduh sesaat di bawah pohon yang rindang untuk menempuh perjalanan tanpa batas. Karena itu, bekal perjalanan mesti disiapkan semaksimal mungkin. Sebaik-baik bekal adalah takwa (QS Albaqarah [2]: 197).

Orang bertakwa adalah orang yang sangat cerdas. Ia tidak mau terjebak pada ''keenakan'' sesaat, tetapi menderita berkepanjangan. Karenanya, ia mengolah hidup yang sesaat ini menjadi berarti untuk kehidupan panjang tanpa akhir nanti. ''Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.'' (QS Al-Ankabuut [29]: 64).

Hidup ini di bawah tatapan dan aturan Alloh Ta'ala. Segalanya digulirkan dan digilirkan: hidup, lalu mati; kecil, akhirnya membesar; muda, lama-lama tua; dan muncul kesenangan, terkadang berganti kesedihan. Semua fana. Tetapi, di tengah kefanaan itu, umat Rasulullah Shollallahu Alaihi wasallam yang paling sukses --sebagaimana dijelaskan dalam hadits --adalah yang paling banyak mengingat mati, lalu mempersiapkan hidup setelah mati.

Akhirnya, orang-orang cerdas akan tahu, sadar, dan yakin bahwa hidup bukan untuk mati, tetapi mati itulah untuk hidup. Hidup bukan untuk hidup, tetapi untuk Yang Maha hidup. Karenanya, jangan takut mati, jangan cari mati, jangan lupa mati, dan rindukanlah mati. Mengapa? Karena, kematian adalah pintu berjumpa dengan-Nya -- perjumpaan terindah antara kekasih dengan KekasihNya.

Subhanallaah

Saturday, March 17, 2018

Buat bumil

Apa saja rekomendasi buah-buahan untuk ibu hamil?

Buah-buahan mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan untuk kesehatan ibu hamil serta untuk pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan. Berikut ini beberapa buah yang bermanfaat bagi ibu hamil.

1. Pisang
Kaya akan kalium dan menyediakan kalori yang cepat diubah menjadi energi untuk mencegah kelelahan. Kalium dalam pisang dapat membantu menjaga tekanan darah dalam tubuh. Pisang juga mengandung zat besi yang dapat membantu mencegah anemia pada ibu hamil. Pisang juga mudah untuk dicerna, sehingga dapat menjadi alternatif makanan jika ibu hamil sedang mengalami mual dan muntah.

2. Jeruk
Mengandung vitamin C, folat dan serat. Hampir 90% kandungannya adalah air sehingga membantu ibu hamil untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuhnya. Kekurangan cairan tubuh dapat menyebabkan kelelahan. Kandungan folat yang tinggi pada jeruk juga dapat membantu perkembangan otak dan sumsum tulang belakang pada janin dan mencegah janin lahir cacat.

3. Alpukat
Alpukat merupakan salah satu buah yang baik dikonsumsi saat hamil. Alpukat kaya akan vitamin B, vitamin C, asam folat serta kalium. Alpukat dapat membantu mengurangi morning sickness, membantu perkembangan otak, sistem saraf dan jaringan bayi. Namun, alpukat mengandung lemak tinggi, sehingga jika memakannya terlalu banyak dapat menyebabkan kenaikan berat badan.

4. Mangga
Mangga mengandung kalium, vitamin C dan vitamin A yang tinggi. Kalium dalam mangga dapat membantu menjaga tekanan darah dan cairan dalam tubuh, vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas dalam tubuh, sedangkan vitamin A juga berfungsi sebagai antioksidan dan membantu sistem kekebalan tubuh, penglihatan dan sistem saraf pada bayi. Mangga juga mengandung serat yang tinggi sehingga dapat mencegah konstipasi atau sembelit pada ibu hamil.

5. Blueberrry, Strawberry Dan Rasberry
Buah-buahan berry ini mengandung kalium, folat dan vitamin C yang tinggi. Kalium selain untuk menjaga tekanan darah, juga diperlukan untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh, transmisi saraf dan kontraksi otot. Folat dan vitamin C dapat membantu untuk mencegah anemia pada ibu hamil. Buah-buahan ini juga mengandung serat yang dapat membantu sistem pencernaan ibu hamil.

Selain buah-buahan di atas, buah-buahan lain yang baik untuk ibu hamil adalah kiwi, pepaya, anggur, semangka, melon dan masih banyak lagi buah-buahan lainnya. Buah-buahan ini mengandung vitamin dan mineral yang dibutuhkan ibu hamil dan janin.

Sebaiknya konsumsi buah-buahan 2-3 porsi dalam sehari untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral. Ditambah dengan konsumsi sayuran 2-3 porsi per hari, maka akan melengkapi kebutuhan gizi Anda.

Friday, March 16, 2018

Mukidi

MUKIDI NAIK HAJI

Kakak beradik, Mukidi dan Kartono dapat perintah dari bapaknya untuk naik haji. Bapaknya seorang Kyai yang memiliki pondok pesantren.

Bapaknya memberi masing-masing 20 juta kepada Kartono dan Mukidi. Perintahnya uang tersebut un tuk naik haji.

Keduanya lalu berangkat ke KUA, hendak cari informasi cara daftar haji. Dari sana dia dapat info cara daftar haji adalah membuka tabungan haji di bank syariah dan membayar 25 juta rupiah agar dapat antrian. Lalu daftar di kantor kemenag kabupaten.

Mereka langsung pergi ke bank syariah di dekat pasar. Buka tabungan haji. Kartono duluan dengan setoran 20 juta dan dia bilang bahwa 5 jutanya akan disetorkan minggu depan dari hasil jualannya di pasar. Kartono tanya kepada petugas bank yang bening itu, “ Mbak, kalo sudah lunas lalu kapan berangkatnya?”. “Antrinya 10 tahun Pak”, jawabnya.

Mendengar antrian 10 tahun, Mukidi membatalkan niatnya membuka tabungan haji. Dia pulang, mampir ke Pasar Siyono.

Di Pasar Siyono, Mukidi membeli 9 ekor kambing betina dan 1 pejantan. Dia minta penjualnya untuk mengantarnya semua kambingnya ke rumah. Penjual bersedia.

Kambing-kambing milik Mukidi digembalakan di belakang pondok. Mukidi meminta Ustadz Irfan yang  mengajar Biologi di pondok  untuk menjadwal santri-santri untuk bergiliran menggembala dan mengurusi kambing. Tidak ada santri yang mangkir dari tugas ini. Kebetulan, lahan gembalaan luas tersedia di belakang pondok.

10 tahun kemudian……

Mukidi telah berkeluarga, anaknya satu. Cowok umur 1,5 tahun. Kerjaan Mukidi tidak berubah dari dulu,  pagi ngopi dan sorenya main voli.  Kartono anaknya sudah tiga. Mukidi dibuatkan rumah oleh Bapaknya di sisi depan area pondok. Sedangkan Kartono membangun sendiri rumahnya di samping pondok diatas tanah mertuanya. Kartono memang lebih mandiri, dia mampu membangun sendiri rumahnya. Namun keduanya tidak ada yang berbakat jadi ustadz atau Kyai. Semua ustadz yang mengajar di pondok milik bapaknya berasal dari luar keluarga.

Sore itu Mukidi menerimat amplop surat berlogo Kemenag. Ternyata untuk Kartono, kakaknya. Tanpa permisi dibukanya surat itu. Isinya pemberitahuan bahwa “Kartono mendapat jadwal berangkat haji tahun ini dan di minta melunasi BPIH sebesar 30 juta rupiah dari total biaya haji 55 juta rupiah”.

Aha……Mukidi jadi ingat bahwa dia juga dapat perintah naik haji. Dia belum daftar.

Mukidi langsung googling cara naik haji cepat. Dia nemu program haji plus. Antrinya 3 tahun. Biayanya 150 juta. Mukidi garuk-garuk kepala.

Mukidi bergegas ke belakang pondok. Dia bengong. Lha kok kandangnya banyak sekali. Dipanggilnya salah seorang santri yang ada didekat kandang. “ Kambingnya ada berapa?”, tanya Mukidi.

“Ada 25 ribu Gus”, jawabnya. “ Paling nanti sore juga sudah bertambah, ini ada 50 induk sudah mau melahirkan. Ditaruh dikandang pojok sana Gus, agar mudah nanti merawat anak-anaknya”, jawabnya lagi.

Mukidi bengong. 25 ribu ekor. Jumlah yang mengagetkannya. Dia kembali bertanya, “ Sekarang harga kambing berapa?”. “4 jutaan kalo yang ukuran sedang Gus”, jawab santrinya. “Iya nih Gus, dikurangi saja ini kambingnya. Dijual sebagian. Sudah banyak sekali belum pernah dijual. Paling yang induk afkir yang pernah dijual, itupun duitnya dibelikan indukan muda lagi.”, sambung santrinya.

“Repot Gus ngurusnya kalo tidak kurangi. Kambing ini, umur 8 bulan sudah minta kawinkan. Tapi biasanya kami kawinkan jika umurnya sudah hampir setahun.  Hamilnya cuma 6 bulan udah melahirkan. 2 bulan anaknya udah disapih. Terus kawin lagi dia Gus. Dua tahun 3 kali melahirkan. Sekali beranak 2 ekor. Malah kadang 3 ekor. Yang sekali lahir 4 ekor juga ada Gus. Yang 1 ekor juga ada, tapi jarang”, lanjut santrinya menjelaskan.

Mukidi hanya diam dan bengong mendengarkan.

“Lha itu siapa?”, tanya Mukidi sambil menunjuk seorang pemuda yang sedang memeriksa kambing. “ Itu Pak Dokter. Dokter hewan Gus”, jawabnya.

“Ustadz Irfan memerintahkan kami menjaga kesehatan kambing, agar yang mati tidak lebih dari 5 persen. Lalu dia juga minta dokter hewan tiap sore ke sini. Kambing jantan kadang dijual Gus. Uangnya dibelikan indukan. Agar perbandinganya sekitar 1 jantan 10 betina. Kalo jantan tidak dikurangi, banyak yang berantem kambingnya. Rebutan betina ”, sambung santrinya bercerita.

Mukidi bergegas pulang dengan segala perasaannya. Bingung. Senang. Bengong. Mungkin, Mukidi memang terlahir untuk seperti ini.

Mukidi pulang tidak melewati jalan biasanya. Dia mlipir lewat belakang pondok, lalu ke pasar . Mampir toko milik Mbak Anik, sepupunya yang jualan kebutuhan bayi : popok ramah lingkungan dan sprei waterproof anti ompol anti pesing. Mukidi membeli popok ramah lingkungan pesanan istrinya. Biasanya istrinya pesan sendiri via WA ke 0878-8457-4737 dan pesanan diantar kurir. Rencananya, bulan depan istrinya Mukidi akan daftar jadi reseller produk ini, jadi bisa ikut jualan.

Seminggu kemudian…

Mukidi memutuskan menjual separo kambingnya. Total ada 12.500 ekor terjual. Laku 4 jutaan. Uang hasil penjualannya ada 50 Milyar. “Ini cukup untuk daftar haji plus 333 orang”, gumam Mukidi sambil mencet-mencet kalkulator.

Tiga tahun kemudian, Mukidi, kedua orang tuanya, Kartono, Ustadz dan Ustadzah pengajar pondok, staff TU dan warga pondok lainnya berangkat haji. Jumlahnya 333 orang. Ramai sekali acara pamitan keberangkatannya.

“….semoga menjadi haji mabrur”, suara Ustadz Irfan membaca do’a pada acara pamitan  tersebut.

“Aamiin…..”, jawab jama’ah yang hadir.

“…semoga alumni pondok ini ada yang menjadi pemimpin negeri ini…pemimpin yang adil dan cerdas…”, sambung do’anya.

“Aamiin….”, suara gemuruh mengaminkan do’a.

“…semoga alumni pondok ini ada yang jadi Menteri Agama. Agar Gus Mukidi diangkat jadi direktur pengelola dana haji”, Ustad Irfan melanjutkan do’a.

“Aamiin….”, suara gemuruh mengaminkan do’a. Entah terdengar jelas atau tidak karena suasana ramai dan sound system kurang bagus, juga entah paham atau tidak apa tadi do’anya, mereka tetap mengaminkan do’a tersebut.

*Boleh dicopas tak boleh diedit.

Warisan

tokokite.com
WARISAN

Empat puluh hari sudah kematian sang istri. Suasana rumahnya masih berkabung. Tetangga dan para kerabat baru saja membereskan piring-piring makanan, gelas dan karpet setelah selesai acara tahlilan.

Di dalam kamar dengan cahaya lampu temaram Baskoro, pria berusia senja itu terdiam. Menikmati secangkir kopi yang rasanya sangat jauh berbeda dengan buatan istrinya selama ini. Itu yang membuat pria itu tak bersemangat menghabiskan sisanya.

Dipandangi jemari keriput di atas pangkuan. Sedikit gemetar. Mungkin karena dingin malam yang masuk melalui celah papan yang terbuka, mungkin karena tenaganya sedikit terkuras setelah repot mengurusi 40 hari kematian istrinya, atau mungkin ... karena suara obrolan tiga putra dan satu putrinya di luar kamar sedikit mengusik hatinya.

Ah, bukan sedikit, tapi teramat.

"Apa ini tidak terlalu terburu-buru? Bapak kan masih ada. Tidak pantas lah kita membicarakan masalah ini sekarang." Terdengar suara putra keduanya. Sedikit ragu akan pembicaraan mereka di malam empat puluh hari almarhumah ibu. Setto namanya. Laki-laki yang sekarang sudah punya penghasilan cukup lumayan di salah satu kota besar.

"Kita jarang berkumpul seperti sekarang ini, Mas To. Dari pada nantinya terjadi kesalah pahaman jika cuma bicara lewat telepon atau SMS-an, jadi tak ada salahnya kita bicarakan sekarang," sanggah Kusrini, anak perempuan satu-satunya. Suaminya sedang sibuk merintis usaha kecil-kecilan di daerah kelahirannya sana. Sudah lama dia selalu bertanya perihal warisan pada sang ibu. Mungkin karena dia berharap mendapat bantuan modal dari keluarganya.

"Bener kata Kusrini. Masalah warisan bisa jadi hal yang sangat sensitif bila tidak menemukan titik temu pembicaraan. Aku tak mau nanti kita berempat malah bermasalah pada akhirnya." Danang, putra pertama membenarkan. Sebenarnya dia tidak tinggal terlalu jauh dari sini, hanya saja kesibukannya berdagang membuat ia jarang datang. Lumayan sukses, tapi baginya semakin banyak tambahan dana, maka semakin bagus nasib toko usahanya.

"Jadi yang bapak punya sekarang tinggal 1 hektar kebun dan pekarangan rumah ini."

Itu suara putra ketiganya. Bagas namanya. Pemuda yang baru mengecap manisnya biduk rumah tangga setahun lalu. Bekerja sebagai karyawan di sebuah toko di kota, membuatnya tidak mampu mengontrak rumah lebih besar dari kamar Baskoro. Kecil sekali. Tapi anehnya, pemuda itu lebih menikmati tinggal di sana dari pada harus di desa bertani menggarap kebun sang ayah.

"Kita urus surat pembagian tanahnya dulu, Mas," ucap Setto.

"Setelah itu kita jual dan langsung bagi rata sekarang?" tanya Kusrini.

"Ya, secepatnya. Aku tidak bisa pulang kampung terlalu lama. Aku bisa dipecat nanti!" Bagas menimpali.

"Bagaimana dengan pekarangan Bapak ini?"

"Itu nanti saja, tidak enak sama Bapak."

Di dalam kamar, Baskoro mendesah. Mata tuanya melirik foto sang istri yang tergantung di dinding kamar.

"Kenapa kamu yang harus pergi duluan to, Sri ...?" gumamnya kecewa.

Bukan, dia bukan bermaksud menguping pembicaraan.

Bangkit berdiri dia dari kursi kayu yang letaknya menyandar di dinding tepat di samping pintu kamar. Mungkin karena itu suara anak-anaknya tadi begitu jelas terdengar.

Direbahkannya tubuh ringkih itu perlahan. Bau minyak angin khas almarhumah sang istri masih membekas di peraduan. Menciptakan bayang semu seolah sang istri masih ada di situ. Seperti malam malam sebelumnya.

Selalu wanita tua yang tubuhnya semakin mengurus itu bertanya.

"Jam berapa ini, Pak? Kok belum tidur?"

Lalu Baskoro akan menjawab, "Aku sedang menunggu telepon. Siapa tau hari ini ada yang punya waktu luang untuk bicara."

***

       Beberapa hari setelah itu, Baskoro masih ditemani anak-anaknya. Mereka mengobrol santai sesekali di teras rumah. Mengenang kejadian-kejadian lucu di masa kecil yang terjadi.

"Dulu, Bagas sering sekali jatuh di belokan jalan depan rumah Mbok Dinah kalau naik sepeda! Nangis ngesot-ngesot dia. Kalau belum diceblek ibu, ya tak akan pulang!" Cerita Danang sambil menunjuk wajah adiknya.

Mereka tertawa.

"Dari pada Mas Danang, setiap pulang sekolah selalu saja maling mangga Pak Lusimin!" Balas Bagas.

"Namanya juga lapar!" Sahut Danang, "kadang ibu lupa memberiku uang jajan."

Tawa berderai lagi.

"Masih ada pohon mangganya kalau Mas Bagas mau maling lagi!" Kata Kusrini setengah mengejek.

"Halah, masih mending Mas Bagas. Lah Kusrini, masa Pak Jumadi dipanggil bapak!" Setto tertawa gelak-gelak.

"Dipikirnya dia anak Pak Jumadi!"

"Itu karena Pak Jumadi sering mengajak main muter-muter naik motor." Kusrini tersipu dalam tawanya.

Seru sekali pembicaraan mereka.

Dari sebagian kenangan yang mereka bicarakan, banyak yang Baskoro tidak ingat. Atau bahkan ada yang baru diketahuinya hari itu. Jadi dia memilih hanya sebagai pendengar dan ikut tertawa saja. Merasa hari ini adalah hari bahagia, sejenak bisa melupakan kepergian sang istri.

Seandainya sang istri masih hidup, tentu dia akan sangat senang melihat keluarga mereka berkumpul utuh seperti saat ini.

Ini harapanmu to, Sri? Ini harapanmu ...

Ah, di antara tawa Baskoro, setitik air meluncur turun dari sudut matanya. Cepat, tangannya mengusap. Agar tak tertangkap oleh mereka bahwa sebenarnya hati sang ayah merasa kecewa.

***

       Satu hektar kebun sudah laku terjual. Uang yang didapat dari hasil penjualan pun sudah di bagi rata. Masing-masing merasa puas. Masing-masing merasa senang karena pembagian yang sama rata.

Kecuali Baskoro.

Hari ini, satu hari setelah mereka dapatkan gepokan uang itu, terlihat mereka mulai berkemas.

Baskoro mengamati dari bangku ruang tamu saat satu persatu anak-anaknya mengeluarkan tas dari dalam kamar.

Terlihat sama-sama sibuk. Ada yang menelepon, ada juga yang membereskan barang-barang. Tapi ... tak ada satu pun yang bertanya padanya, 'Pak, mau ikut salah satu dari kami atau tidak?'

Mata tuanya terus mengamati. Sambil sesekali meneguk sisa kopi yang rasanya jelas berbeda dari buatan tangan mendiang istri.

Masih diingatnya dengan jelas pembicaraan mereka semalam. Saat Baskoro mengenang sang istri, lagi-lagi tanpa sengaja dia mendengar pembicaraan mereka.

"Bapak tinggal sendirian sekarang. Mas kasihan. Siapa yang akan mengurus rumah dan bapak di sini?" Danang, putra sulungnya meminta pendapat.

"Rumah kontrakanku kecil. Tak ada kamar lebih untuk bapak." Bagas mengungkap alasan.

"Di rumah, istriku sedang repot mengurus ibunya yang lumpuh. Aku nggak enak kalau harus membuatnya lebih repot lagi." Setto ikut memberi alasan.

"Berarti kau saja Kus yang mengurus bapak di rumahmu. Masalah biaya nanti biar kita tanggung bertiga." Danang memutuskan.

"Tapi aku nggak bisa, Mas. Aku punya dua anak kecil-kecil. Repot. Apalagi harus membantu usaha Mas Arya," kilah Kusrini.

"Aku dan istriku juga jarang ada di rumah. Jadi ya kasihan kalau bapak harus tinggal di rumah tapi malah tak diurus," ucap Danang ragu.

Lama mereka saling diam.

Di dalam kamar, Baskoro menggenggam erat bingkai foto sang istri. Padahal kata-kata mereka tidak menyakitkan. Tapi kenapa dia merasa ada yang mengiris hatinya secara perlahan?

"Ya sudah. Kita minta tetangga dekat sini saja yang membantu bapak. Kita patungan membayar dia tiap bulan."

Akhirnya, itulah yang diputuskan.

Baskoro menghela napas. Dipandanginya sepasang mata redup di pangkuannya itu.

"Kenapa kemarin tidak mengajakku sekalian to, Sri ... biar tidak repot anak kita seperti ini," lirihnya, merasakan dada yang tersakiti.

.

       Mereka, satu persatu mencium punggung tangan keriput Baskoro. Pamit pulang, entah kapan bisa kembali datang.

Laki-laki tua itu tersenyum sambil menepuk bahu tiap kali putra-putranya mengucap salam.

"Hati-hati di jalan kalian. Sampaikan salam Bapak untuk para menantuku."

"Ya, Pak!" Hampir serentak mereka menjawab.

Bahkan Kusrini, anak perempuan satu-satunya itu sempat meneteskan airmata saat mencium kedua pipi ayahnya.

"Maaf, Kus tidak bisa menemani bapak di sini lebih lama ya, Pak. Ada Dita dan Dio yang harus Kus jaga. Nanti kapan-kapan Kus pasti ke sini untuk menjenguk bapak ..."

Kapan? Kusrini pun tidak tahu bisa datang kapan.

Baskoro tersenyum mengiyakan. Sejenak matanya memang merebak merah. Masih ada setitik harap di hatinya hingga detik ini.

Berharap ada satu anak yang berubah pikiran dan mau menawarkan padanya, 'Pak, Bapak ingin tetap tinggal di sini atau di rumahku saja?'

Pastilah dia segera masuk ke dalam kamar untuk mengambil beberapa potong pakaian.

Tapi hingga mereka mengenakan sepatu dan melangkah keluar pintu, tetap tak terdengar pertanyaan itu.

Mereka berempat sudah berada di teras. Sementara Baskoro berdiri di pintu. Sejenak, pria renta itu menoleh ke dalam. Lalu menyadari betapa kosong ruangan dalam.

"Sepi nanti ..." tanpa sadar pria tua itu bergumam.

Masih terdengar oleh Danang dan Bagas. Mereka mengurungkan langkah, menoleh, lalu tersenyum pada Baskoro.

"Bagas bakal sering menelepon bapak."

"Danang juga, Pak! Kalau ada yang bapak butuhkan, bilang saja. Nanti kami usahakan secepatnya mengirim uang."

Baskoro hanya tersenyum dan menganggukkan kepala. Untuk orang seusianya, apa yang lebih dibutuhkan dari pada ditemani bicara?

Lalu dipandanginya punggung-punggung itu menghilang dari pekarangan.

Hening.

Sunyi.

Ruangan yang selama beberapa hari dipenuhi suara dan tawa, kini seolang menghilang. Yang tertinggal hanyalah bayang.

Baskoro melangkah ke dalam.

Ingin memanggil nama sang istri untuk membuatkan kopi, tapi segera tersadar istrinya sudah beristirahat dengan tenang saat ini.

Ingin duduk menonton acara berita di televisi, tapi tak ada seseorang yang bisa ia ajak berkomentar.

Ingin bicara, tapi ... pada siapa?

Baskoro melangkah ke dalam kamar. Masih pagi, jam dinding menunjuk tepat di angka sembilan. Tapi entah kenapa pria bertubuh kurus itu hanya ingin merebahkan diri di pembaringan.

Sambil tangannya mendekap foto di dalam bingkai.

"Kenapa kamu yang pergi duluan to, Sri ... padahal kamu yang harusnya tetap tinggal karena lebih disayang. Bukan aku ..." bisiknya pelan.

Tercium olehnya aroma minyak angin khas tubuh mendiang istri. Seolah wanita itu kini tengah berbaring di sebelahnya.

Diingatnya kembali kata-kata sang istri dulu.

"Sekali-kali ajaklah anak-anak pergi keluar, Pak. Mereka ingin bermain, ingin diajak muter-muter naik motor, ingin memetik buah bersama di kebun milik kita, ingin bermanja-manja dengan kasih sayang bapaknya." Setengah mengomel istrinya waktu itu.

"Ingat, Pak. Bukan cuma harta yang akan dianggap sebagai warisan oleh setiap anak. Tapi juga kasih sayang." Lagi-lagi istrinya berkata sok tahu.

Ya, dulu Baskoro menganggap istrinya sok tahu karena itu kata-katanya hanya dianggap sebagai angin lalu.

Tapi itu dulu. Dulu, sebelum Baskoro menyadari bahwa usianya sudah semakin menua. Sebelum ia menyadari betapa penting kedekatan orangtua pada anak-anaknya.

Dihabiskannya waktu dengan bekerja, lalu bercengkerama dengan kawan-kawan di luar sana. Sementara anak dan istrinya, dibiarkan mengukir kenangan tanpa sosoknya.

Hingga akhirnya yang mereka ingat tentang sang bapak hanyalah harta yang bisa didapat, bukan bagaimana caranya agar mereka bisa selalu dekat.
End.
(pattrick kellan)

Simpen disini aja

Ijin share ...dan agak panjang 🙏
tokokite.com
.
*Saya dapat postingan kisah nyata dibawah ini, setelah membaca saya tidak terasa air mata mengalir*

Ada cerita bagus sekali mohon 🙏🏻 izin share ...

*"Indahnya cinta ❤ dan silahturahmi"*

Seusai Sholat Shubuh aku dikejutkan oleh Bunda
“Ari, Nenek kamu masuk Rumah Sakit. Bunda harus datang melihatnya“
Kulihat wajah bunda nampak sedih.

Tentu aku harus mendampingi bunda, karena tempat tinggal nenek tidak di Jakarta tapi Sumatera.

Sementara aku hampir tidak mungkin meninggalkan kesibukanku di Jakata, Apalagi mitra bisnisku dari luar negeri sedang ada di Jakarta untuk menjajaki kerjasama pembelian produksi pabrikku.

kulihat Bunda sedang sibuk mengemas pakaiannya di kamar.

“Bunda, apa enggak bisa berangkatnya lusa aja”
kataku dengan lembut.

“Bunda enggak mau ganggu kamu, bunda bisa pergi sendiri kok, antar saja Bunda ke Bandara ya."
kata bunda sambil memasukan pakaiannya kedalam koper.

“Baru minggu lalu bunda ke Dokter dan sekarang masih harus istirahat.“
Kataku dengan tetap lembut sambil memegang tas kopernya untuk mencoba menahannya pergi.
“Lusa aja ya, aku temanin.“

“Tidak !!! “
mata Bunda melotot. Kalau sudah begini aku hanya bisa menghela napas panjang.
Sepeti biasanya aku harus mengalah untuk mengikuti kata Bunda. Istriku juga punya sifat sama denganku untuk mengikuti kehendak Bunda.“

"Baiklah, kita pergi sama-sama." Seperti biasanya pula Bunda tersenyum cerah, dia memelukku.

Didalam pesawat aku menuju kota kelahiran ayahku, lamunanku terbang kemasa kanak kanaku. ....................

*Dalam usia 5 tahun, aku sudah yatim. Karena ayah meninggal akibat sakit.*

Menurut cerita Bunda, ketika Ayah meninggal status ayah masih mahasiswa di Yogya. Bunda bukanlah dari keluarga kaya.
Bunda juga seorang Yatim, beda dengan Ayah yang terlahir dari keluarga Pajabat tinggi di Sumatera.

Sehingga walau Ayah berstatus mahasiswa namun kiriman uang dari orang tuanya masih cukup untuk menanggung hidupnya berkeluarga.
Ayah sengaja merahasiakan perkawinan itu kepada keluarga besarnya. Namun dua tahun setelah ayah meninggal, bunda datang ke keluarga ayah sambil membawaku.
Aku masih ingat ketika itu usiaku 7 tahun.

Aku tidak begitu ingat persis bagaimana suasana ketika Bunda memperkenalkan dirinya sebagai menantu dan aku sebagai cucu kepada kakek dan nenekku.

*Yang aku tahu setiap tahun bunda selalu membawaku kerumah kakek dan nenek.*

Setiap tahun, setiap lebaran, Bunda mengajakku pergi kerumah kakek dan nenek. Dengan berlelah lelah naik bus melewati pulau Jawa dan Sumatera untuk sampai.

*Tak pernah aku antusias datang ke rumah kekek dan nenek. Sebagai anak kecil aku tahu bahwa kakek nenek tidak pernah hangat dengan kehadiranku dan Bunda.*

Beda sekali dengan perlakuannya kepada saudara sepupuku yang lain, seperti Adi, Rini, Bobi, Anto, Dedi. Setiap lebaran, kulihat para sepupuku datang dari Jakarta, Bandung, Surabaya dengan pakaian bagus.

*Beda sekali denganku. Bila semua Istri Om sibuk berdandan di kamar atau bermalasan di taman belakang rumah kakek yang luas itu, Bunda malah sibuk di dapur memasak, seperti pembantu.*

Ayahku adalah anak tertua diantara empat bersaudara. Semua saudara ayah laki laki. Tidak ada perempuan.

Istri Om semua memang cantik-cantik. Menurut yang kutahu dari nenek, yang selalu diulang-ulang dihadapan Bunda, bahwa semua Istri Om dari kalangan keluarga terhormat.
Seakan merendahkan keberadaan Bunda. Tapi kulihat Bunda tak pernah tersinggung.

*Selama membesarkan ku, Bunda tak pernah mendapat bantuan satu senpun dari keluarga Ayah. Juga Bunda tidak pernah memohon bantuan dari mereka.*

Bunda bekerja keras di perusahaan Swasta sebagai tenaga administrasi. Bundapun tak pernah terpikir untuk menikah kembali. Ketika aku sudah remaja, aku sudah bisa beralasan bila Bunda mengajakku lebaran di rumah kakek.

“aku males ke rumah kakek dan nenek. Mereka enggak sayang sama aku. Kenapa kita harus ke rumah mereka ?“

Demikian alasanku. Tapi Bunda dengan segala sifatnya yang keras memaksaku untuk ikut. akupun tak berdaya.

Ketika aku tamat SMU, aku tidak kuliah. Aku memilih bekerja di bengkel.

“Saya tak ada uang untuk mengirim Ari ke universtas, Yah". Demikian kata ibu kepada kakek ketika menanyakan mengapa aku tidak kuliah.

Kakek dan nenek nampak tersenyum sinis ketika mengetahui keadaanku.

Tahun-tahun berikutnya ketika lebaran. Kakek dengan kebanggaannya bercerita tetang sepupuku yang berangkat ke luar negeri untuk kuliah. Ada juga yang masuk perguruan tinggi swasta bergengsi di Jakarta.
Aku maklum karena Om ku semua mempunyai posisi sebagai Pejabat dan ada juga yang jadi pengusaha.

*Aku dan Bunda hanya diam mendengar cerita itu. Tapi, tak pernah mengurangi niat Bunda untuk datang ke rumah kakek dan nenek.*
*Dan aku semakin bosan dengan sikap keluarga ayahku.*

Yang pasti bi idznillaah, izin Allaah SWT ditambah kerja kerasku, aku bisa menanggung Bunda dan Bunda tak perlu lagi berkerja keras.

Berjalannya waktu, yang tadinya aku sebagai pekerja bengkel, akupun sudah bisa mandiri dengan membuka usaha bengkel sendiri.

Lambat laun, aku mendapat mitra untuk membuat komponen bodi kendaraan sebagai pemasok pabrikan otomotif. Usaha ini ku geluti dengan kerja keras siang malam dan akhirnya berkembang. Ini semua tidak bisa dilepaskan peran Bunda yang tak henti mendoa' kan ku.

Akupun dapat hidup mapan. Namun, kewajiban setiap lebaran datang berkunjung ke rumah kakek nenek tetap saja dilakukan oleh Bunda dan aku harus ikut.

Tapi belakangan keluarga yang berkumpul di rumah kakek dan nenek tidak lagi utuh. Yang lain hanya menelphone mengucapkan selamat lebaran kepada kakek dan nenek. Sepupuku pun tak semua datang. Mereka bersikap sama dengan orang tuanya, mengucapkan selamat lebaran via SMS, telpon atau WA. Tapi Hb dan nenek tetap bangga dengan mereka.

*Aku tak pernah cerita tentang keadaanku karena kakek dan nenek tak pernah bertanya tentangku. Walaupun mereka tahu aku dan Bunda tidak lagi datang dengan bus tapi menggunakan pesawat terbang.*
.........

Tak terasa roda pesawat sudah menyentuh landasan. Kulihat Bunda tersentak dari tidur lelapnya. Dia melirik kearahku dan entah kenapa dia menciumku keningku.
”Ada apa Bunda ?“ tanyaku dengan tesenyum

*“Bunda ingat akan ayahmu."*
Bunda nampak berlinang air mata. Aku hanya diam “Ayahmu pria yang sangat baik. Sangat baik".
*Dia pria yang Sholeh.* Ayahmu berencana bila dia selesai kuliah dan dapat pekerjaan maka dia akan membawa Bunda dan kamu ke keluarga besarnya.

Bunda tahu kok, Ayahmu dalam posisi lemah ketika melamar Bunda. Di samping itu dia sadar karena pilihannya kepada bunda membuat dia berbeda dengan Ayahnya.

"Ayahmu mencintai bunda karena dia lebih mencintai Allaah dari apapun” Sambung Bunda.

“Maksud Bunda apa ?"

*“Ayahmu memilih Bunda karena Agama." Dia tidak melihat Bunda karena kecantikan, karena keturunan orang kaya, karena apa-apa.* *Dihadapan Ayahmu, Bunda adalah muslimah yang baik, yang miskin.* *Dan itu pasti akan ditentang habis oleh keluarganya.”*

Air mata Bunda berlinang dan akhirnya air mata itu jatuh membasahi pipinya.

“kamu adalah putra ayahmu." Anak yang berbakti, Sholeh dan pekerja keras.
"Benarlah kalau niat baik karena Allaah maka yang akan datang juga kebaikan.“

Aku terdiam. Ada yang mengganjal dalam pikiranku.
Ini momen yang tepat untuk bertanya ...

*“Kenapa Bunda selalu menaruh hormat kepada kakek dan nenek.*
*Padahal mereka sangat acuh dan tidak peduli dengan kita."*

Bunda menatapku dengan tersenyum

*“Ketika Ayahmu pulang ke Sumatera dalam keadaan sakit, dia berpesan kepada Bunda , bila dia meninggal agar Bunda menjalin silahturahim dengan keluarganya dan mendidik mu untuk dekat kepada kedua orang tuanya.”*

Bunda terdiam sebentar sambil mengusap airmatanya.
"Kamu tahu, setelah Ayahmu meninggal, butuh dua tahun Bunda untuk mengambil keputusan untuk bertemu dengan kakek dan nenekmu.

*Walau karena itu tidak ada rasa hormat kepada Bunda, dan Bunda juga menyaksikan betapa kamu tidak diperlakukan sama seperti cucu yang lain, tapi Bunda ingat kata kata Ayahmu* *“Cintailah sesuatu karena karena Allah. Tak penting rasa hormat dan imbalan dari manusia, ya kan, anakku.”*

“Ya, Bunda" Terlontar begitu saja dari mulutku.

Entah kenapa kedatangan ku bersama Bunda kali ini disambut dengan air mata berlinang oleh kakek.

*Dia peluk aku ketika sampai di kamar nenek dirawat.*
*Yang datang menjenguk hanya "aku dan Ibu". Sementara Om dan sepupuku tidak ada yang datang. Kulihat nenek dalam keadaan tertidur.*

Dari kakek kutahu bahwa nenek terkena stroke tapi keadaanya cepat tertolong.
Mungkin setelah itu nenek akan lumpuh.
Kakek mengajakku keluar dari ruangan.
Kami bicara di taman Rumah sakit.

*“Dua tahun lalu, Om mu yang pejabat di Jakarta, terkena kasus Korupsi. Dia dalam pemeriksaan oleh aparat yang berwajib."*

*Sebelumnya, Om mu yang di Surabaya, perusahaannya disita oleh Bank karena bankrut.*

*Om kamu yang di Bandung bercerai dengan istrinya, karena soal perselingkuhan dan akhirnya terkena PHK sebagai PNS.*

Semua anak-anak mereka tumbuh menjadi anak yang liar.
Kuliah tidak selesai, dan terjebak dalam pergaulan bebas.

*“aku terkejut, karena baru kali ini aku tahu."* Mungkin karena hubunganku dengan keluarga ayahku tidak begitu dekat maka tak banyak kutahu soal mereka.

*“Kakek tahu bahwa nenekmu punya penyakit darah tinggi dan jantung."*

Makanya kakek berusaha menyimpan rapat rahasia tentang Om kamu yang tersangkut kasus karupsi.

*"Tapi kemarin, ada yang memberi tahu bahwa Om kamu sudah di vonis penjara enam tahun atas tindakan korupsinya. Seketika itu pula nenekmu jatuh pingsan ...”*

Aku hanya diam untuk menjadi pendengar yang baik.

“Ari, kami tahu bahwa selama ini perlakuan kami kepada kamu dan ibu mu kurang baik."

Bahkan kami biarkan ibu mu menderita membesarkan kamu, membesarkan anak dari putra sulung kami, cucu kami.

*Kami menyesal karena sikap kami selama ini. Belakangan ini, nenekmu selalu menyebut nama kamu .... setiap dia menyebut namamu, seketika itu juga dia menangis.*

Kini dimasa tua kami, kami resah karena tak tahu siapa yang akan mengurus kami.

*"Nenekmu mungkin setelah ini akan lumpuh. Kakek sudah uzur dan lemah ...”*

Ku genggam tangan kakek.

*“Aku yang akan merawat kakek dan nenek."*
*Izinkan aku untuk membawa kakek dan nenek ke Jakarta, tinggal bersamaku.*
*"Beri kesempatan aku untuk berbakti kepada kakek dan nenek, ya kek.“*

Seketika itu juga kakek memelukku erat.

Terasa pundakku  basah, "aku tahu kakek menangis" Harta yang ada jual saja lah kek. Untuk bantu Om dan Adik-adiknya.

"Dalam situasi ini tentu mereka sangat membutuhkannya. Dan sisanya kakek sedekahkan untuk Panti asuhan agar kakek punya bekal ke akhirat, setuju kan kek." kataku.

Kakek semakin erat pelukannya. "Maha suci Allaah SWT, sifatmu tak jauh beda dengan Ayahmu, yang begitu bijak menyikapi kami."

Bertahun-tahun aku di didik oleh Bunda untuk memahami makna cinta.

_*"Bahwa Cinta adalah tindakan memberi karena Allah", bukan mengharap balasan dari manusia.*_

akupun harus memahami hakikat cinta dalam kehidupan ini, termasuk menggantikan posisi ayahku untuk berbakti kepada kakek dan nenek, orangtua ayahku.
......

Bunda nampak bahagia sekali ketika melihatku mendorong kursi roda Nenek menuju tangga pesawat dengan di samping kakek yang berjalan sambil memegang lenganku. kami semua ke Jakarta.

.........

*Ya Allah, semoga kami bisa menjaga lisan,  tindakan, agar tidak ada yg tersakiti, saling menghargai,  menghormati, memberi cinta dlm suka dan duka,  saling membantu dlm kebaikan ... meninggal dalam keadaan sebagai insan yang Engkau cintai, Husnul Khootimah dan mendapat Syafaa'at yang agung dari Baginda Yang Mulia Habiibunaa Rasuulillaah Muhammad SAW.*

Aamiin .... yra 😭😭😭😭😭

Mohon dimaafkan jika ada salah kata dan tidak berkenan 🙏🏻😘

*Jazakumullahu khairon*

Jika baik bisa diteruskan kpd saudara yang lain.

Jika tidak, tolong dihapus saja.

Wednesday, March 14, 2018

Kode bos besar

Bismillah... KODE DARI BOS BESAR

Oleh : Ustadz Felix Siauw

Udah dikasih kode, kok engga peka......

Kode apa sih?

Jadi gini, pernah gak temen-temen Lagi enak-enaknya tidur, eh Tiba - tiba banyak nyamuk yang menggigit kita, akhirnya terbangun dari tidur. Lihat jam ternyata jam 02.00
Lalu ambil obat nyamuk, terus tidur lagi

😴😴😴

Setengah jam kemudian terbangun lagi karena kebelet buang air kecil. Setelah buang air, lihat jam ternyata masih jam 02.30 Ya udah deh, tidur lagi.

💤💤💤

Lalu Udara dingin banget, bangun terus ambil selimut. Ternyata masih jam 03.00, Pasang selimut terus tidur lagi, dengan kehangatan selimut.

😴😴😴

💤💤💤
"AAAAHHHH..!!!! TIDAAAKK..!!!"

Terbangun...
Huft.. Ternyata tadi mimpi buruk. Lihat jam masih jam 03.30
"Tidur lagi ah, lumayan masih shubuh masih lama nih"

😴😴😴 💤💤💤

Sering kali kita tidak peka terhadap hal seperti itu, tidakkah kita merasa itu adalah kode dari Allah bahwa Allah sedang kangen sama kita?

❓❓❓

Allah ingin kita sholat malam, ingin mendengar doa - doa kita dan curhat kita. Allah lagi rindu kita

#PekaDong 😇😇😇

Di sepertiga malam Allah turun dari 'Arsy menuju langit bumi.
Allah datang, eh kita malah tidur..

😴😴😴

☝ ☝ ☝

Katanya pengen hidup berubah, sukses, pengen meng-hajikan orang tua, pengen punya rumah, pengen punya mobil dan motor, Terus katanya pengen dapat jodoh *ehh...

😅😅😅

Ketika manusia memberi kode kepada orang lain, terus orang tersebut nggak peka, pasti sakit hatikan ??
Terus bilang deh, "Kenapa sih kamu enggak peka sama aku?

❓❓

Coba bayangkan sudah berapa kali kita abaikan kode - kode dari Allah??

☝ ☝ ☝

Nanti malam kalau dapat kode dari Allah, peka yaaa 😊...

Terus curhat deh pengen apa aja 😍

Boleh di share biar lebih bermanfaat buat orang banyak, kalo pelit di simpen sendiri juga gak apa apa 😁

Rasulallah SAW bersabda :
"Barang siapa yang menyampaikan 1 (satu) ilmu saja dan ada orang yang mengamalkannya, maka walaupun yang menyampaikan sudah tiada (meninggal dunia), dia akan tetap memperoleh pahala." (HR. Al-Bukhari)

Silahkan Bagikan di halamanmu agar kamu dan teman-temanmu. Senantiasa istiqomah dan bisa meningkatkan ketakwaannya kepada ALLAH SWT.

👍�👍�👍

Wednesday, March 7, 2018

Tips sehat

Tips sehat ala Rasulullah:

1. Mandi pagi sebelum subuh, sekurang-kurang nya se jam sebelum matahari terbit. Air sejuk yang meresap kedalam badan dapat mengurangi penimbunan lemak. Kita boleh saksikan orang yang mandi pagi kebanyakan badan tak gemuk.
2. Rasulullah mengamalkan minum segelas air sejuk (bukan air es) setiap pagi. Mujarabnya Insya Allah jauh dari penyakit (susah mendapat sakit). Makan dengan tangan dan menjilati jemari, bermanfaat buat pencernaan.
3. Waktu sholat Subuh disunnahkan bertafakur (yaitu sujud sekurang-kurangnya semenit setelah membaca doa).Kita akan terhindar dari sakit kepala atau migrain. Ini terbuksi oleh para ilmuwan yang membuat kajian kenapa dalam sehari perlu kita sujud. Ahli-ahli sains telah menemui beberapa milimeter ruang udara dalam saluran darah di kepala yang tidak dipenuhi darah. Dengan bersujud maka darah akan mengalir keruang tersebut.
4. Nabi juga mengajarkan makan dengan tangan dan bila habis hendaklah menjilat jari. Ahli saintis telah menemukan bahwa enzyme banyak terkandung di celah jari-jari, yaitu 10 kali ganda terdapat dalam air liur (enzyme sejenis alat pencerna makanan).
5. Ketika minum pun jangan dilangsungkan. Misalnya 1 gelas sekaligus. Rasulullah saw. biasa ketika minum itu 2-3 tegukan lalu berhenti untuk bernapas. Kemudian minum lagi 2-3 tegukan lalu berhenti. Ini adalah cara minum yang benar. Karena jika kita minum satu gelas sekaligus, kita pasti akan minum sambil bernapas lewat hidung. Dan ketika kita bernapas, udara yang kita hirup dan kita
keluarkan akan bercampur dengan air yang akan kita minum. Campuran air dan udara yang kita keluarkan itu akan menjadi racun. Dan air yang sudah menjadi racun
itu kita minum.
Subhanallah...
Yang berkomentar Aamiin semoga bisa bertemu dengan Nabi Muhammad Saw baik di mimpi, atapun di surga firdaus tanpa hisab berkumpul bersama beliau dan para sholeh sholeha.
Aamiin

Thursday, February 8, 2018

Iseng

Iseng d sore hari

Boleh percaya boleh jg tdk...Mari Kita Mencoba. Rahasia Watak Berdasarkan Bulan Lahir. Entah kebetulan atau Nggak..

1. Januari: @#[195861867205387:0]
2. Februari @#[293669990744868:0]
3. Maret: @#[443802642350665:0]
4. April: @#[380638315358537:0]
5. Mei: @#[383274068423745:0]
6. Juni: @#[374320882660356:0]
7. Juli: @#[254408781353128:0]
8. Agustus: @#[572594239423254:0]
9. September: @#[572594239423254:0]
10. Oktober: @#[385226084895034:0]
11. November: @#[381231488631110:0]
12. Desember: @#[181862225285812:0]

Tips : Masukan Kode di komentar hapus tanda "#" dan jangan pakai spasi . biarkan tanda @ nya. Monggo di coba

NB : untuk hiburan.... 😂😂😂😂

Haha cukup menghibur 😊@[3280638315358537:○]